Senin, 01 Juli 2019

Fera Senja


FERA SENJA

Tidak seperti Siang pada umumnya, hari hanya aku habiskan untuk membiarkan punggungku berdekapan dengan kasur diiringi dengan aliran cairan hati yang keluar melalui dua bola mata yang sehari hari hanya aku gunakan untuk melihat dunia melalui layar ponselku.
Aku sedang berada di titik dimana jiwa hanya bisa berteriak memaki hati, yang tak bisa menerima luka yang disebabkan oleh Senja yang kini telah hilang direbut Malam.

⸙⸎⸙
Senja,
Kau tidak lagi sehangat dulu, dulu kau selalu memintaku untuk menemuimu, saling bercengkrama penuh suka dan tawa, sambil meminum segelas jus Alpukat tanpa susu diteras kontrakanmu.
Kau tidak lagi sejingga dulu, yang selalu mewarnaiku dengan tatapan bola mata indah dan pupil besar hitam pekat, yang serta merta menampakkan wajahku disana setiap kali aku menatapmu.
Kau tidak lagi menyapaku, dengan bibir tipismu yang dihiasi oleh lipstik merah jambu yang biasa kau pakai.
Dimana kau sekarang...? apakah terangku kini tak lagi cukup untuk membuatmu nyaman berada disisiku...? apakah sinarku tidak cukup cepat untuk mengeringkan bajumu dikala basah...? atau warnaku tak terlihat olehmu meski telah aku buat ia lebih terang...? atau barangkali kau memang masih tidak mampu untuk melupakan Malammu dan masih ingin terus bersama gelapnya...?

⸙⸎⸙
Malam,
          Aku sadari kini Senja telah kembali kepangkuanmu, dimana kau bisa menemaninya bersama dengan bintang-bintang yang dulu pernah kalian rangkai bersama. Kau telah mendapatkan apa yang telah kau harapkan, setelah sekian lama kau meninggalkannya dengan rasa sakit yang dulu pernah kau berikan padanya, dan aku sebagai tempat dimana harus menyembuhkan duka Senja, dengan harapan bisa terus merawatnya dan bahagia mengalir ditiap helai benang merah sejarah hidup.
          Akan tetapi, Senja telah memilihmu untuk memulai benang merah itu, Senja ingin memperbaiki bintang-bintang berantakan itu bersamamu tanpa ada aku disana. terang sinarku tak akan lagi pernah menggapainya, meski aku harus kehabisan api dalam inti perutku.
          Jangan pernah kau hancurkan bintang-bintang itu lagi dan membiarkan aku mengambil alih, aku sudah lelah dengan kisah ini, kisah dimana aku harus terpojokkan untuk yang kesekian kalinya, bantulah Senja untuk merangkainya kembali agar senyum bibirnya terpancar, sehingga aku dapat merasakannya kembali walau tidak aku miliki

          Kini aku telah damai bersama sepi unggun yang menemani, di bawah palung kehidupan yang penuh kisah berakhir duka pilu membonyoki hati, aku sudah tak peduli lagi Senja kembali atau datangnya sang pengganti.
Continue reading Fera Senja