Jumat, 18 Juni 2021

AMORTIS ANTINOMI



             AMORTIS ANTINOMI 

⸙⸎⸙

 

Di penghujung cerita kutemukan maha karya tuhan untuk kesekian kalinya, kerlingku berjabat dengan senyum sabitnya di tengah rapuhnya atap kampung halaman. Begitulah adanya, kita di pertemukan sedemikian rupa, lakon ilahi berjalan dengan sempurna, di akhir cerita kesendirian yang membuncah setelah ditelan nyata yang entah sudah berapa dasawarsa.

 

⸙⸎⸙

            Menjadikan derita sebagai bagian dari perjalanan hidup tak semudah aksara ini tercipta, membopongnnya dengan segenap rasa yang tersisa, terengah-engah di palung sengsara, berjalan tak tentu arah seakan dunia memang tercipta dari segala serambi melankolia.

            “Aku menyebutnya tampan dan berani”

            Ucap kaum kupu-kupu sekedar hanya ingin menenangkan hati, sudah sekian kali aku temukan puja puji penyair, tak satupun dari kalimatnya yang bersarang di hati. Aku akui, akulah yang menolak puisi itu berbunyi, tenangku sudah cukup untuk membelai jiwa tak berpenghuni, inilah adanya, inilah nyatanya.

            Keputusan adalah pilihan, begitulah iman di atas amin yang kuyakini, bukankah kau yang mengajarkanku hal ini...?, kau pergi menemui rumah lamamu dan meninggalkan pilar-pilar yang telah kau dan aku bangun sedari hati. Tak kuasa kumenelan fakta jika atap itu tak seindah atap lamamu, masalah itu bisa kita bicarakan namun solusinya malah engkau tinggalkan.

Aku ingat betul bagaimana bola mata itu menatapku tajam, setajam keputusan yang engkau lontarkan berbalur dusta, dan pada akhirnya setelah pelampiasan itu selesai memuaskanmu, kini tinggal aku yang mengobati luka-luka ini sendiri.

 

⸙⸎⸙

            Begitulah adanya cerita lama, terkadang berulang kali terbesit di kepala, bukannya tak mampu untuk melupa, namun dasarnya, itulah perjalanan nyata yang tercipta di kala hayat digulung waktu, tak tentu arah terombang ambing tak kenal dermaga.

            Entah sekarang berbeda, aku pun tak punya jawaban pasti, kupu-kupu itu berdatangan silih berganti, dan akhirnya sama saja, hanya mengambil sari lalu pergi, tak ada satupun yang ingin mematahkan sayapnya sendiri dan menemani bunga ini layu lalu mati.

            Ada kalanya inginku bertindak semaunya, mematahkan sayap-sayap itu dan membiarkan mereka lumpuh hanya demi keegoisan kelopak ini. Namun jika dipikir lagi, apa guna mati bersama kalau tak ada keikhlasan di dalamnya, yang aku tahu tidak ada satupun bunga di dunia ini yang punya kuasa atas sayap kupu-kupu.

 

⸙⸎⸙

            Aku temukan kupu-kupu bersayap sutra, memanjang anggun di bawah sinar rembulan membelah horizon gantikan senja, tatapnya menetap pada ujung pandang, isyarat nyata ketertarikan pada aroma bunga tak bertuan, hinggap tanpa aba-aba entah ada asa atau hanya iba, biar nyata yang bangkitkan fakta.

            Semakin lama pertemuan itu sudah berjalan begitu lama, tanpa sadar kuserahkan sariku sebanyak yang ia butuhkan; pengetahuan tentang cinta, rasa, bahkan duka dan nestapa. Mengalir berbeda dengan serangga pendahulunya, kehadirannya cukup membuat kelopakku goyah memabukkan.

            Dewasaku tersadar bahwa ini bukan bunga yang kukenal, ia melepaskan durinya atas kehendak sendiri, keikhlasanlah yang membuatnya begini, sebab kupu-kupu itulah yang membantunya bangkit dari palung letih, padahal ia hanya hinggap namun entah mengapa hanya cukup dengan “ADA” mampu pulihkan rasa yang terlupa, ia memang berbeda.

            Entah dia punya tujuan yang sama, aku pun tak punya kuasa atas pengetahuan semesta, yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti dorongan angin dan melambai-lambai ikuti arah. Pertanyaannya, apakah batang ini akan patah kembali lalu mati atau akan tetap mati namun bersama kupu-kupu ini...?

            Yang bunga ini paling takutkan adalah tragedi itu terulang kembali, sudah berkali-kali terserang hama yang sama namun rasa abaikan jera, terkadang cinta butuh logika, namun begitulah kehidupan, pupuk yang ditanam belum tentu sesuai dengan pertumbuhan, hanya metamorfosis yang menjadi jawaban dari segala keraguan.

 

⸙⸎⸙

 

 

AMORTIS :

Bentuk tidak baku dari Amortisasi; (a) Huk. Penghapusan atau pernyataan tidak berlaku terhadap surat-surat berharga yang nilainya telah dibayarkan kembali atau hilang.

ANTINOMI :

(n) Kenyataan yang kontroversial.

Sekalipun terbayar dan terganti, lara akan tetap berbunyi, meski kehadiran merubah posisi, tak satupun yang punya kendali atas tragedi.

Pic : Pinterest

1 komentar:

Ur hater now mengatakan...

Aku mulai mengerti, bagaimana permulaannya maka seperti itulah akhirnya ��
Terimakasih