Selasa, 09 Juni 2020

MENJAUH DAN TERBUNUH


MENJAUH DAN TERBUNUH

Serabut luka yang menganga menciptakan pola yang begitu sederhana, dalam sujudku, aku panjatkan cerita yang Tuhan pun sesali keadaannya, Dia iba dengan sehelai hambanya yang begitu luka, penuh dengan nestapa, dan dibanjiri oleh tetesan air jiwa di sekujur pipinya.

⸎         ⸎         ⸎

Di tengah pandemi seperti ini aku kira semua orang akan mendapatkan keresahan yang sama dan luka yang sama. Nyatanya sebaliknya, kali ini aku merasa yang paling sengsara dan kembali teteskan air mata, berdera di balik cerita yang itu-itu saja, seakan-akan kepergian memang sudah menjadi kekasih bagiku, dengnnya aku bercumbu dan beradu, semakin aku bernafsu, semakin ia menjerit dan menjeratku.
Kau tau, sering kali aku menyendiri, bersembunyi di bilik-bilik sepi agar semua kenyataan itu tak menemuiku lagi, aku berlari dan terus berlari, tak ada yang sedang ku kejar, aku hanya ingin menjauh dari jeratan yang sudah menanti, entah sampai kapan aku begini.
Inginku pergi jauh, hanya ada sebilah pisau yang kugantung di pinggangku, hanya bersamanyalah aku pergi jauh, agar ketika aku mengingatmu, dia akan menghunus lalu membunuhku.
Dia akan menikam kepalaku agar aku tak lagi mengingat segala cintamu merayuku,
kalaupun itu tak cukup,
ia akan menusuk mataku agar aku buta dan tak lagi melihat indah parasmu,
kalaupun itu tak cukup,
ia akan menusuk dadaku yang dulu pernah berdebar kala pelukmu mendarat di atasnya
kalaupun itu tak cukup,
ku biarkan ia merobek senyumku yang dulu pernah ku jadikan alat untuk membalas senyummu.
Inginku pergi keluar angkasa karna semua yang ada di dunia hanya akan membuatku teringat akan cinta yang ku taburkan pada hari-harimu dulu, ku biarkan ragaku melayang bebas tanpa gravitasi dan terbakar oleh sengatan matahari, karna cemburu di hati lebih panas dan lebih cepat membunuhku.
Aku pasrahkan nafasku tercekik karna rindu pada parasmu lebih menjerat ketimbang paru-paru kehilangan oksigen. Semakin jauh aku melayang semakin tak kudapati lagi mentari yang dulu pernah kita jadikan harpan kita seterang cahayanya, semakin jauh dan semakin jauh, hingga jasadku membeku di ujung galaksi bima sakti, itu lebih baik dari pada aku harus perlahan mati oleh sikapmu yang begitu dingin padaku.
Continue reading MENJAUH DAN TERBUNUH