Kamis, 23 April 2020

PERPISAHAN UNTUK PERPISAHAN


PERPISAHAN UNTUK PERPISAHAN

Termenung dalam keterpurukan dan berdiam diri sembari meratapi kepediahan, merendahkan ego dan mulai berdamai dengan diri sendiri, akhirnya perlahan aku menemukan celah untuk keluar dari situasi ini.

⸙⸎⸙

Aku baru sadar selama ini, ternyata aku memandang patah hati dari sudut pandang yang salah. Tepat satu tahun yang lalu aku mengalami patah hati paling hebat dalam hidupku, wanita yang sikap dan sifatnya tak pernah aku temukan dari semua wanita yang pernah aku temui, aku benar benar serius mencintainya sampai di titik di mana aku memutuskan untuk membuat sebuah rencana besar agar cinta kami kekal dalam sebuah ikatan batin, dan itu adalah Pernikahan.
Singkat cerita dia meninggalkanku dengan cara yang begitu sadis, semudah itu dia memilih orang lain di saat aku dalam keadaan lagi saying-sayangnya. Semenjak saat itu aku memiliki prinsip hidup di mana Cara termudah untuk melupakan orang lain adalah dengan membencinya.
Aku selalu memikirkan semua keburukannya, entah itu dari cara dia berpakaian, sikap egoisnya selagi PMS, selalu mengungkit-ungkit masalalu, dan lain-lain. Pikirku, dengan cara ini aku akan mudah untuk melupakan dia dalam hidupku, semakin aku membencinya, semakin aku menjauh darinya, maka akan semakin cepat aku melupakannya.
Pemikiran seperti ini terus aku jalani, akan tetapi semakin kesini semakin aku sadar, kalau ternyata aku keliru. Dengan aku selalu memikirkan cara untuk membencinya, di saat yang bersamaan sebenarnya aku sedang memikirkan dirinya, bukannya untuk menjauh malah hanya untuk membuat aku semakin merindu dengan sikap dia yang dulu pernah aku jalani selama bersamanya.
Karna hal ini juga aku masih belum bisa menerima orang lain di hatiku, aku masih sibuk dengan memikirkan cara agar selalu membencinya kapan pun dan di mana pun, setiap kali aku menemui wanita yang mirip dengannya, entah itu sikap maupun sifatnya, aku selalu akan menjauh, karna bagiku kalau aku menjalin hubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dia, aku takut kalu ternyata hubunganku yang baru nanti akan berakhir seperti yang sebelumnya dan aku hanya akan merasakan sakit yang sama untuk kesekian kalinya.
Semakin kesini aku semakin gelisah dengan diriku sendiri, ternyata bertarung dengan keegoisan diri sendiri itu lebih berbahaya dari pertarungan apapun, karna salah langkah sedikit saja kita akan mengalami luka yang lebih dari sebelumnya.
Termenung dalam keterpurukan dan berdiam diri sembari meratapi kepediahan, merendahkan ego dan mulai berdamai dengan diri sendiri, akhirnya perlahan aku menemukan celah untuk keluar dari situasi ini.

Hal yang seharusnya aku benci dari sebuah patah hati bukanlah orangnya, tapi yang seharusnya aku benci adalah Perpisahannya.

Dengan aku membenci sebuah perpisahan aku tidak akan menjelekkan siapapun, entah itu dia yang telah meninggalkan atau pun diriku sendiri, dengan begini aku akan lebih mengevaluasi diri kesalahan apa yang aku perbuat sehingga membuat dia pergi dan memilih orang lain.
Dengan begini juga aku lebih bisa menerima orang lain untuk menemani separuh hatiku yang hancur, dan juga aku semakin hati-hati untuk memilih orang baru, agar sakit yang lalu tidak kembali menyerbu.
Mungkin di antara para pembaca, ada kamu yang dulu pernah menyakitiku, kalau pun tidak, tak  masalah, karna aku menuliskan ini hanya karna aku tak punya tempat untuk melapiaskan semua pemikiranku, aku hanya ingin menyampaikan kepada kalian para pembaca, bahwa patah hati seharusnya di nikmati dan di teliti, bukan untuk di jauhi dan malah cepat-cepat ingin mencari pengganti, hati kita tak sekuat itu untuk menerima orang baru untuk menggantikan orang yang lama, kalau pun kau mampu mendapatkan orang baru setelah putus, hanya ada satu kemungkinan, kau tidak benar-benar mencintai orang yang lama.
Tulisanku kali ini sengaja tidak terlalu aku buat unsur majas hiperbola, seperti tulisan-tulisanku sebelumnya,  tujuanku hanya agar pesanku benar-benar tersampaikan pada kalian.

Terima kasih para penikmat luka :*
Continue reading PERPISAHAN UNTUK PERPISAHAN

Senin, 20 April 2020

SENYUM DALAM DIMENSI


SENYUM DALAM DIMENSI
Karya : Fera Sajiwa

Bagaimana keadaanmu sekarang...?
Apakah kau masih menjadikan aku alasan
Agar terus melangkah lebih jauh.
Atau kau sama sekali tak pernah lagi mengingatku
Semenjak saat itu.

Kau tau...?
Di sini aku masih tak bisa kemana-mana,
Masih di tempat di mana seharusnya kita berbagi hangat.
Begitu banyak cinta yang datang,
Namun ku tetap bertahan dengan perasaan.

Aku menolak sekian banyak rasa
Hanya untuk bertahan atas asa setia
Walau entah apa yang kuharapkan dari kesetiaan ini
Dan untuk apa setia ini aku tetapkan padamu.

Kau ingat...?
Kita pernah mengenakan pakaian yang sama dengan warna merah muda
Rapi dan manis, berdiri dan saling menatap,
Entah apa yang ada dalam fikiran kita waktu itu,
Namun yang pasti saat pelukku merangkul tanganmu
Di kepalaku, hanya ada satu buah pernyataan
Aku mencintaimu...

Moment itu kita abadikan dalam sebuah foto berlatar putih
Menandakan cerahnya perasaan yang kita miliki satu sama lain
Aku masih menyimpannya sampai saaat ini
Menaruhnya di tempat yang mudah untuk kujangkau
Agar setiap kali aku merindukanmu
Kau datang dengan senyum yang sama
Walau dalam bentuk dimensi yang berbeda.
Continue reading SENYUM DALAM DIMENSI

Senin, 06 April 2020

DI BAWAH PUISI KUPU-KUPU


Di bawah Puisi Kupu-Kupu
Oleh : Fera Sajiwa

Bergumam kekesalan dalam dada
Bergejolak amarah dalam logika
Tak ada satupun tersisa dari kisahnya
Semua tercabut dari akarnya

Bersemayam di bawah selaput rindu
Aku bertahan dalam dinginnya lepasmu
Terdapat saksi-saksi yang tak lagi mengerti
Betapa bahagianya hati kala jemari saling berebut hangat di ufuk nadi

Begitu teganya tegasmu menampar wajahku
Berbalik tanpa melirik
Melangkah tanpa pasrah
Menjauh tanpa ragu

Yang aku bisa sekarang hanya melihatmu dari kata-kata ini
Kau begitu bahagia menuliskan namanya
Canda dan tawa saling melempar aksra
Pena dan tintah seakan dermaga bertemu niaga
Puisimu yang begitu cahaya terpampang di atas kertas bertema cinta

Sayang, air mata adalah saksi lemahku
Ia mengalir tanpa suara
Bukti kau pergi tanpa bicara
Jatuh di atas tanah
Menggenang dan membasahi luka-luka

Tapi setelah semua kepasrahan
Izinkan aku untuk terus tertidur
Menunggu alasan tabu
Di bawah puisimu yang begitu kupu-kupu






Image : google image
Continue reading DI BAWAH PUISI KUPU-KUPU