PERPISAHAN UNTUK PERPISAHAN
Termenung dalam keterpurukan dan berdiam diri sembari meratapi kepediahan, merendahkan ego dan mulai berdamai dengan diri sendiri, akhirnya perlahan aku menemukan celah untuk keluar dari situasi ini.
⸙⸎⸙
Aku baru sadar selama ini, ternyata
aku memandang patah hati dari sudut pandang yang salah. Tepat satu tahun yang
lalu aku mengalami patah hati paling hebat dalam hidupku, wanita yang sikap dan
sifatnya tak pernah aku temukan dari semua wanita yang pernah aku temui, aku
benar benar serius mencintainya sampai di titik di mana aku memutuskan untuk
membuat sebuah rencana besar agar cinta kami kekal dalam sebuah ikatan batin,
dan itu adalah Pernikahan.
Singkat cerita dia meninggalkanku
dengan cara yang begitu sadis, semudah itu dia memilih orang lain di saat aku
dalam keadaan lagi saying-sayangnya. Semenjak saat itu aku memiliki prinsip
hidup di mana Cara termudah untuk melupakan orang lain adalah dengan
membencinya.
Aku selalu memikirkan semua
keburukannya, entah itu dari cara dia berpakaian, sikap egoisnya selagi PMS,
selalu mengungkit-ungkit masalalu, dan lain-lain. Pikirku, dengan cara ini aku
akan mudah untuk melupakan dia dalam hidupku, semakin aku membencinya, semakin
aku menjauh darinya, maka akan semakin cepat aku melupakannya.
Pemikiran seperti ini terus aku
jalani, akan tetapi semakin kesini semakin aku sadar, kalau ternyata aku
keliru. Dengan aku selalu memikirkan cara untuk membencinya, di saat yang
bersamaan sebenarnya aku sedang memikirkan dirinya, bukannya untuk menjauh
malah hanya untuk membuat aku semakin merindu dengan sikap dia yang dulu pernah
aku jalani selama bersamanya.
Karna hal ini juga aku masih belum
bisa menerima orang lain di hatiku, aku masih sibuk dengan memikirkan cara agar
selalu membencinya kapan pun dan di mana pun, setiap kali aku menemui wanita
yang mirip dengannya, entah itu sikap maupun sifatnya, aku selalu akan menjauh,
karna bagiku kalau aku menjalin hubungan dengan orang yang memiliki kesamaan
dengan dia, aku takut kalu ternyata hubunganku yang baru nanti akan berakhir
seperti yang sebelumnya dan aku hanya akan merasakan sakit yang sama untuk
kesekian kalinya.
Semakin kesini aku semakin gelisah
dengan diriku sendiri, ternyata bertarung dengan keegoisan diri sendiri itu
lebih berbahaya dari pertarungan apapun, karna salah langkah sedikit saja kita
akan mengalami luka yang lebih dari sebelumnya.
Termenung dalam keterpurukan dan
berdiam diri sembari meratapi kepediahan, merendahkan ego dan mulai berdamai
dengan diri sendiri, akhirnya perlahan aku menemukan celah untuk keluar dari
situasi ini.
Hal yang seharusnya aku benci dari
sebuah patah hati bukanlah orangnya, tapi yang seharusnya aku benci adalah Perpisahannya.
Dengan aku membenci sebuah
perpisahan aku tidak akan menjelekkan siapapun, entah itu dia yang telah
meninggalkan atau pun diriku sendiri, dengan begini aku akan lebih mengevaluasi
diri kesalahan apa yang aku perbuat sehingga membuat dia pergi dan memilih
orang lain.
Dengan begini juga aku lebih bisa
menerima orang lain untuk menemani separuh hatiku yang hancur, dan juga aku
semakin hati-hati untuk memilih orang baru, agar sakit yang lalu tidak kembali
menyerbu.
Mungkin di antara para pembaca, ada
kamu yang dulu pernah menyakitiku, kalau pun tidak, tak masalah, karna aku menuliskan ini hanya karna
aku tak punya tempat untuk melapiaskan semua pemikiranku, aku hanya ingin
menyampaikan kepada kalian para pembaca, bahwa patah hati seharusnya di nikmati
dan di teliti, bukan untuk di jauhi dan malah cepat-cepat ingin mencari
pengganti, hati kita tak sekuat itu untuk menerima orang baru untuk
menggantikan orang yang lama, kalau pun kau mampu mendapatkan orang baru
setelah putus, hanya ada satu kemungkinan, kau tidak benar-benar mencintai
orang yang lama.
Tulisanku kali ini sengaja tidak
terlalu aku buat unsur majas hiperbola, seperti tulisan-tulisanku
sebelumnya, tujuanku hanya agar pesanku
benar-benar tersampaikan pada kalian.
Terima kasih para
penikmat luka :*
3 komentar:
Mantaap bang
Ngena bnar ni wkk
Pejuang luka
Posting Komentar